Pakpak Bharat. Warga Kecamatan Pagindar Kabupaten Pakpak Bharat masih terisolasi dari induk. Kebutuhan sandang pangan penduduk hanya bisa diperoleh dari Kota Subulusalam, Aceh. Harga berbagai barang, menurut Lamartua Bancin (30) penduduk Dusun Sirpang Desa Sibagindar amat mahal.
Siswa Pagindar (doc PBB) |
Dicontohkan, harga premium dan solar mencapai Rp 8000 per liter. Demikian kebutuhan pertanian semisal pupuk dirasa amat memberatkan. Tetapi, tiada daya mengelak lantaran tak ada alternatif. Bila mau berbelanja ke Pasar Bulusemma, ongkos juga mencekik. Yakni Rp 30 ribu naik angkutan pick up bak terbuka berjarak 30 kilometer.
Tumpukan masalah membuat masyarakat payah melepaskan diri dari dekapan kemiskinan. Ketika harga buah kepala sawit melorot, masyarakat enggan merawat tanaman. Alhasil, rupiah hanya sedikit diterima. Produksi tak kunjung memuaskan.
Di samping itu, penyuluhan juga jarang diperoleh. Itu dilatarbelakangi akses transportasi, mesti melintasi kota Subulusalam sejauh hampir 80 kilometer dari Salak, ibukota daerah otonom. Berpuluh tahun rakyat hidup tanpa penerangan listrik aliran PT PLN.
Sebelumnya, Bupati Remigo Yolando Berutu MBA menjelaskan, pembukaan jalan jurusan Salak-Pagindar merupakan salah satu solusi guna melepas ketertutupan. Dengan demikian, interaksi bisa langsung dilakukan, berikut efisiensi jarak dan waktu.
Dibenarkan, terlalu banyak cost yang dikeluarkan masyarakat untuk menyelesaikan suatu urusan. Diperoleh kabar, puluhan milliar dana dialokasikan untuk pengadaan ruas tersebut tahun 2011.
Informasi diterima wartawan menyebut, permukiman ini adalah lokasi transmigrasi beberapa tahun lalu. Ekspansi illegal logging sempat marak namun surut menyusul pengetatan aturan oleh Menteri Kehutanan dan kepolisian.
Source: Harian Analisa
0 comments:
Post a Comment