"Mardang" adalah budaya dalam masyarakat Pakpak yang masih dibudayakan sampai saat ini, yaitu kegiatan Dulu bercocok tanam dilakukan dengan sistem Nomaden (berpindah-pindah sesuai kesuburan tanah), tapi saat ini sistem ini tidak ada lagi karena lahan yang semakin sempit dan telah diterapkannya sistem pemupukan. Ciri khas bercocok tanamnya dengan membuat lobang pada lahan dengan alat kayu yang ujungnya dibuat runcing (Tutak). Kemudian bibit padi ditanam pada lobang tersebut. Pekerja yang bertugas membuat lobang tanaman disebut "Pertutak", sedangkan orang yang menanam (memasukkan padi ke dalam lobang yang dibuat) disebut "Pengennah" Saat mardang, ciri khas makanan sebagai lauk konsumsi pekerja yaitu "Gambas Tinopong", yaitu ikan asin goreng yang di tepung. Pelaksanaan menanam padi ini dilakukan secara gotong royong dan bergantian sampai semua masyarakat selesai melaksanakan "Mardang". Sampai saat ini budaya ini masih terpelihara sebagai sumber mata pencarian masyarakat, disamping itu dilakukan juga becocok tanam di sawah, tanaman muda/palawija dan berkebun kopi.
menanam padi di ladang (darat). Setelah lahan siap tanam, pemilik lahan kemudian "Merkua" (mengundang warga lain agar bersedia membantu) dan penanaman dilakukan secara gotong royong dengan warga lain yang diminta bantuan (disebut Kinua).
Musim Ardangen
Written By Juwita on Friday, August 21, 2009 | 1:09 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment